02 June 2015

ParaPerintis dan Pencalon, Promotor, Pendukung, Pengawal, atau Apa pun Namanya....

Nilai-nilai dasar yang diusung ParaPerintis adalah kepercayaan, solidaritas, dan tanggungjawab bersama. Sehingga pada proses pencalonan dan rekrutmen ParaPerintis peran seseorang yang mengusulkan nama menjadi sangat penting. Dia berperan tidak hanya pada pencalonan tetapi juga pengawalan sang perintis setelah disepakati dukungan solidaritasnya. Itu sebabnya tahap terpenting pada proses rekrutmen adalah pendalaman tentang kesungguhan dan keterpanggilan sang pencalon, promotor, pendukung, pengawal atau apa pun namanya. Karena keterpanggilan dan kesungguhan adalah ekspresi kepercayaan, solidaritas dan tanggungjawab bersama.


28 May 2015

Pergulatan Hidup

Bagaimana seorang perintis menyiasati hidup? Karena dia juga manusia, maka seorang perintis tentu tidak bisa menghindari kebutuhan untuk hidup berkeluarga. Tetapi apakah sang suami atau istri bisa menerima atau bahkan mendukung sepenuh hati langkah-langkah aneh, nyeleneh dan gila yang diambil pasangan mereka? Apakah pernikahan menghambat kerja-kerja keperintisan? Ada banyak kisah tentang pengorbanan ikhlas dari keluarga para perintis.



27 May 2015

Cita-cita dan Kekeraskepalaan

Ketika manusia dilahirkan dia akan hidup bergantung pada semua parameter kehidupan yang melekat pada keluarganya, termasuk tata-nilai dan pandangan hidup, basis produksi dan tata-konsumsi. Namun begitu semua indera mulai berfungsi optimal, dimana data-data yang diperoleh kemudian diproses batang otak dengan ribuan girus abu-abunya, semua parameter kehidupan yang melekat pada keluarganya berperan sebagai bobot penimbang. Perlahan ketika dia tumbuh hingga dewasa, hanya sebagian saja dari parameter kehidupan yang melekat pada keluarganya menjadi bobot penimbang semua proses di batang otak dengan ribuan girus abu-abunya. Bobot penimbang lain dia peroleh dari pergaulan sehari-hari, serta, ini yang terpenting, pelajaran dan pengalamannya menangani semua masalah yang dihadapi. Sikap dan tindak keperintisan atau kepeloporan pun tumbuh melalui proses campuran yang rumit antara sosial, biologik, ekologik, ekonomik dan politik, yang menghasilkan bobot penimbang yang unik, nyeleneh dan bahkan dianggap gila oleh sebagian penganut kelaziman.


09 March 2015

Mengapa Perintis Penting?

Masyarakat mengatur dirinya dengan tatanan kekuasaan, pengaturan ruang hidup, produksi dan konsumsi, serta proses pembelajaran yang terus menerus terutama dalam menghadapi perubahan sepanjang waktu. Melalui pengaturan tersebut masyarakat memiliki pilihan untuk kolaps dan tersingkir apabila tekanan yang dihadapi melampaui kemampuan mereka, atau bertahan hidup (survival) ketika tekanan yang dihadapi terpaksa dirangkul agar dapat hidup secara apa adanya. Pilihan terakhir adalah berjuang menguasai dan berdaulat atas jati-diri dan ruang hidupnya, dengan mengatasi tekanan kehidupan. Masyarakat yang memilih berjuang adalah mereka yang memiliki daya-pulih (resilience) dan pantang menyerah menghadapi setiap tantangan dan tekanan. Sikap kolektif tersebut tumbuh berkat pengorbanan orang-orang yang melakukan keperintisan yang pada gilirannya memiliki peran pemimpin.

25 February 2015

Dodi, Setia Bersama Petani

Dodi Warnadi yang sebelumnya cukup lama aktif di Serikat Tani Nasional, sempat menjadi community organizer bagi Telapak (wilayah Sukabumi pada 2012) dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara atau AMAN (wilayah Banten juga pada 2012). Di tahun 2013, Dodi sempat menjadi community organizer di Kalimantan Tengah bergabung dengan sebuah organisasi non-pemerintah (Ornop) di Kalimantan Tengah hingga awal 2014. Selepas itu, kembali ke Ponorogo dengan usaha berjualan di rumahnya sambil melakukan kerja-kerja pengorganisasian masyarakat tani di Sawo, Ponorogo. Nampaknya, lelaki paruh baya ini tidak bisa melepaskan hidupnya dari kerja-kerja pendidikan kritis bagi rakyat.

Lestari, Perempuan Perintis Penganyam Perubahan di Wonosobo

Lestari, biasa dipanggil Tari, adalah perempuan muda yang memilih kembali ke daerah asalnya di Wonosobo, setelah sebelumnya sempat beberapa tahun aktif menggeluti advokasi di Jogjakarta. Perseinggungan Tari dengan kegiatan perubahan sosial dimulai sejak masih SMA saat mengikuti pelatihan pengorganisasian rakyat di Wonosobo. Setelahnya, Tari berkecimpung di aktivitas pengorganisasian di Jogjakarta.



23 January 2015

Mengorganisir Diri, Berorganisasi dan Organisasi

Maksud hati melangkah cepat dalam hal mengorganisir diri prakarsa Para Perintis. Tetapi kenyataan berkata berbeda. Unggah-ungguh birokratik pengurusan pembentukan sebuah organisasi secara resmi, merujuk UU No 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, luarbiasa rumit, tak-efisien dan membingungkan. Semangat mengorganisir diri secara efektif agaknya tidak membutuhkan formalitas, apabila prakarsa ini memang sungguh-sungguh berdaulat dan mengandalkan tangan-tangan dan kaki-kaki para pemrakarsanya saja. Namun kebutuhan memperluas jangkauan pelayanan dan menggalang dukungan membutuhkan legitimasi, dan pada gilirannya, stempel legalitas.

18 January 2015

Jokowi dan Ancaman Keselamatan yang Masih Mengintai

Pesan kampanye Pilpres 2014 oleh Jokowi, "Revolusi Mental", saya anggap sebagai obat kejenuhan dari pesan-pesan bombastik yang sama dan selalu hadir di sirkuit-sirkuit kejuaraan politik sejak Reformasi (Setengah Hati) bergulir hingga kini. Tetapi begitu Sang Kangmas Solo ini menggulirkan Nawacita-nya, saya pun terjaga dari harapan-harapan melambung. Pertumbuhan ekonomi, mesin penggilas keselamatan warga, penghancur daya-pulih produksi-konsumsi warga, dan pelumat daya-pulih fungsi-fungsi alam, masih dijadikan tumpuan oleh Jokowi.


17 January 2015

Hegemoni Persepsi Kapital – Melulu Soal Uang? Melulu Soal Penyediaan Bahan Mentah dan Buruh?

Mengapa elit penguasa Indonesia (dan kemungkinan besar negara-negara bekas jajahan) senantiasa menggap diri mereka sebagai negara miskin, sehingga tanpa kenal lelah terus menerus mencari sumber-sumber keuangan lewat utang dengan beragam kemasan, baik dari sumber swasta maupun negara? Persepsi ini berangkat dari pemahaman bahwa kapital hanya melulu soal keuangan. Bagaimana dengan kapital sosial, budaya, dan alam?

14 January 2015

Takut? Perang Batin yang Merupakan Anugerah

Rasa takut adalah anugerah terbesar manusia, kata J.R. Tolkien, pengarang trilogi the Lords of the Ring dan the Hobbit. Rasa takut telah melahirkan agama-agama besar di muka planet. Ia juga menjadi pendorong lahirnya para perintis, dari pojok-pojok kampung hingga di negara-negara besar sejak masa awal peradaban manusia sampai sekarang. Rasa takut adalah hal yang harus disyukuri.