23 January 2015

Mengorganisir Diri, Berorganisasi dan Organisasi

Maksud hati melangkah cepat dalam hal mengorganisir diri prakarsa Para Perintis. Tetapi kenyataan berkata berbeda. Unggah-ungguh birokratik pengurusan pembentukan sebuah organisasi secara resmi, merujuk UU No 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, luarbiasa rumit, tak-efisien dan membingungkan. Semangat mengorganisir diri secara efektif agaknya tidak membutuhkan formalitas, apabila prakarsa ini memang sungguh-sungguh berdaulat dan mengandalkan tangan-tangan dan kaki-kaki para pemrakarsanya saja. Namun kebutuhan memperluas jangkauan pelayanan dan menggalang dukungan membutuhkan legitimasi, dan pada gilirannya, stempel legalitas.

18 January 2015

Jokowi dan Ancaman Keselamatan yang Masih Mengintai

Pesan kampanye Pilpres 2014 oleh Jokowi, "Revolusi Mental", saya anggap sebagai obat kejenuhan dari pesan-pesan bombastik yang sama dan selalu hadir di sirkuit-sirkuit kejuaraan politik sejak Reformasi (Setengah Hati) bergulir hingga kini. Tetapi begitu Sang Kangmas Solo ini menggulirkan Nawacita-nya, saya pun terjaga dari harapan-harapan melambung. Pertumbuhan ekonomi, mesin penggilas keselamatan warga, penghancur daya-pulih produksi-konsumsi warga, dan pelumat daya-pulih fungsi-fungsi alam, masih dijadikan tumpuan oleh Jokowi.


17 January 2015

Hegemoni Persepsi Kapital – Melulu Soal Uang? Melulu Soal Penyediaan Bahan Mentah dan Buruh?

Mengapa elit penguasa Indonesia (dan kemungkinan besar negara-negara bekas jajahan) senantiasa menggap diri mereka sebagai negara miskin, sehingga tanpa kenal lelah terus menerus mencari sumber-sumber keuangan lewat utang dengan beragam kemasan, baik dari sumber swasta maupun negara? Persepsi ini berangkat dari pemahaman bahwa kapital hanya melulu soal keuangan. Bagaimana dengan kapital sosial, budaya, dan alam?

14 January 2015

Takut? Perang Batin yang Merupakan Anugerah

Rasa takut adalah anugerah terbesar manusia, kata J.R. Tolkien, pengarang trilogi the Lords of the Ring dan the Hobbit. Rasa takut telah melahirkan agama-agama besar di muka planet. Ia juga menjadi pendorong lahirnya para perintis, dari pojok-pojok kampung hingga di negara-negara besar sejak masa awal peradaban manusia sampai sekarang. Rasa takut adalah hal yang harus disyukuri.


13 January 2015

Sebuah Langkah Awal Kecil di Tembi Rumah Budaya, Yogyakarta

Tanpa perlu harus melalui proses yang rumit melalui perdebatan-perdebatan diskursif beberapa orang yang sudah makan asam garam dalam kerja-kerja pembangunan, baik lewat jalur resmi maupun partikelir, dengan gampangnya bersepakat melangkah maju untuk mengusung satu prakarsa dukungan solidaritas bagi para perintis perubahan di pelosok-pelosok kepulauan. Mereka sepakat menamakan prakarsa bersama itu Para Perintis

Keyakinan, Kepercayaan, Keimanan dan Keberanian Merintis

Bagi orang-orang seperti Dodi, Balian Supinah, Tari, Edi, Maga, Asun, Veronica, Pastor Kopong, dan Mashrani sikap dan usaha mereka menjadi orang terdepan merintis perubahan butuh keyakinan luar biasa besar. Keyakinan yang mendorong keberanian untuk menghadapi dan menerima risiko kegagalan dan kehilangan kepercayaan warga masyarakat. Masing-masing punya garis sejarah yang khas. Masing-masing mendapatkan titik pencerahan yang membuat mereka menemukan elannya dan maju merintis perubahan. Bisajadi tidak hanya satu elan yang mereka dapatkan, mungkin beberapa, hanya mereka yang tahu.


Emporium dan Oligarki Kapital Finansial dan Kuasa Politik yang Pengecut

Kisah-kisah perlawanan rakyat biasa terhadap kerakusan emporium dan oligarki kapital finansial dan kuasa politik lama-lama bisa jadi kisah tak bermakna. Karena begitu seringnya dikabarkan, diteriakkan tetapi tak bertanggap. Biaya sosial, politik, ekonomik dan ekologik dari kerakusan emporium dan oligarki itu begitu besarnya sehingga tidak akan pernah ada satu skema pemulihan yang dapat menyembuhkannya. Seperangkat siasat dan strategi kalangan organisasi masyarakat sipil (OMS) atau organisasi non-pemerintah (Ornop) atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) semakin lama semakin usang dan compang-camping menghadapi kian canggihnya siasat dan strategi emporium dan oligarki kapital finansial serta kuasa politik meringkus kedaulatan dan kemerdekaan rakyat biasa di pelosok-pelosok kampung atas nama perluasan industrialisasi dan percepatan pertumbuhan ekonomi.
perlawanan

12 January 2015

Mengapa Perintis?

Perintis adalah para pembuka jalan. Mereka pasang badan menerabas segala rintangan agar siapa pun di belakang mereka bisa melewati jalan yang baru dibuka itu. Siapa pun di belakang mereka patut dimaknai sebagai orang-orang yang percaya kepada sang perintis, bukan sekedar pengikut. Di balik makna gagah dan heroik, kenyataannya sosok para perintis justru jauh dari tampilan macho dan serba maskulin. Mereka adalah sosok welas asih tetapi kritis.

Elan Jalan Hidup Para Perintis

Decak kagum tak akan mampu menggantikan rasa hormat saya kepada mereka yang secara sadar telah memilih jalan sepi dan jauh dari kenyamanan demi merebut peluang-peluang perubahan yang dibutuhkan warga komunitas di mana mereka hidup dan berpenghidupan.