23 January 2015

Mengorganisir Diri, Berorganisasi dan Organisasi

Maksud hati melangkah cepat dalam hal mengorganisir diri prakarsa Para Perintis. Tetapi kenyataan berkata berbeda. Unggah-ungguh birokratik pengurusan pembentukan sebuah organisasi secara resmi, merujuk UU No 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, luarbiasa rumit, tak-efisien dan membingungkan. Semangat mengorganisir diri secara efektif agaknya tidak membutuhkan formalitas, apabila prakarsa ini memang sungguh-sungguh berdaulat dan mengandalkan tangan-tangan dan kaki-kaki para pemrakarsanya saja. Namun kebutuhan memperluas jangkauan pelayanan dan menggalang dukungan membutuhkan legitimasi, dan pada gilirannya, stempel legalitas.


Pemrakarsa Para Perintis agaknya mesti manggut-manggut (untuk sementara) kepada tata-tertib dan tata-krama birokrasi pembentukan secara resmi organisasi, terutama Yayasan, apabila langkah-langkah lebih lanjut ingin segera didorong, yang memang sungguh-sungguh dirancang untuk seefisien dan seefektif mungkin dengan mengurangi ritual-ritual berorganisasi yang tidak perlu. Saya menghibur diri, ayolah, mengalah sebentar demi gerak cepat dan efisien Para Perintis....

Apakah tidak ada pilihan bentuk organisasi resmi lain? Kenapa memilih Yayasan? Jujur saja, kami kurang suka berdebat soal pilihan bentuk organisasi. Yayasan dianggap para pemrakarsa adalah pilihan yang paling praktis, tidak neko-neko, sehingga diharapkan kami segera dapat beroperasi. Bagaimana dengan Perkumpulan? Sebagian besar dari kami menggeleng dan tersenyum kecut. Sebagian besar dari para pemrakarsa sudah sangat berpengalaman dengan bentuk Perkumpulan. Penolakan tanpa penjelasan, apalagi perdebatan.

Mengorganisir diri (get organized) dalam jangka pendek bolehjadi tidak butuh formalitas dan segala tetek-bengek ritual resmi. Mengorganisir diri untuk mencapai tujuan tertentu memang dirancang sedemikian rupa hanya untuk mencapai tujuan tersebut. Tetapi begitu ada tambahan tujuan lain, tatanan organisasi pun menjadi semakin rumit. Meskipun kerumitan, terutama yang memang tidak perlu dan tidak penting, sesungguhnya dapat dihindari, sepanjang tata hubungan gagasan besar (makro) dan perubahan-perubahan berwujud yang ingin diraih (mikro) dipahami secara baik oleh para pemrakarsanya.

Ini sekedar refleksi (dengan sedikit kekesalan di belakang kepala). Jangan dianggap serius.

No comments:

Post a Comment