14 January 2015

Takut? Perang Batin yang Merupakan Anugerah

Rasa takut adalah anugerah terbesar manusia, kata J.R. Tolkien, pengarang trilogi the Lords of the Ring dan the Hobbit. Rasa takut telah melahirkan agama-agama besar di muka planet. Ia juga menjadi pendorong lahirnya para perintis, dari pojok-pojok kampung hingga di negara-negara besar sejak masa awal peradaban manusia sampai sekarang. Rasa takut adalah hal yang harus disyukuri.



Saya berbagi kepada kawan-kawan besarnya rasa takut saya saat menghadapi lawan di arena pertandingan seni kelahi. Juga saat saya belajar ketrampilan memanjat tebing dan menyelam. Puluhan tahun kemudian saya baru memaknai bahwa rasa takut hakekatnya adalah perang batin saat menghadapi ketidakpastian. Saya sebut perang batin karena ketidakpastian itu sendiri adalah reka-khayal pikiran kita. Ia disebut ketidakpastian karena mengandung ketidakpahaman kita dan ketidakmampuan kita mengendalikan semua hal. Yang menarik, ia disebut tidak-pasti karena menawarkan pilihan ganda: Menang atau kalah!

Rasa takut bukan tidak dimiliki mereka yang berkeyakinan kuat. Saya rasa ia melekat sangat erat bahkan pada saat saya begitu yakin tentang suatu hal. Meskipun saya mungkin sudah begitu pasrah terhadap segala risiko yang bisa terjadi ketika kaki ini sudah melangkah. Tetapi apa yang membuat saya tidak berhenti lalu memutuskan melangkah mundur? Gambaran indah keberhasilan yang juga melekat erat pada risiko yang berpeluang setara? Saya justru yakin rasa takutlah yang membuat terus melangkah. Saya tidak ingin kembali berada pada titik berangkat yang memang ingin ditinggalkan. Kalau pun saya gagal yang sering terjadi, saya tidak kembali ke titik berangkat, tetapi di titik lain yang sama sekali berbeda dibandingkan tempat saya pertama kali mengayunkan langkah.

No comments:

Post a Comment