Dodi Warnadi yang sebelumnya cukup lama aktif di Serikat Tani
Nasional, sempat menjadi community organizer bagi Telapak (wilayah Sukabumi
pada 2012) dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara atau AMAN (wilayah Banten juga pada 2012). Di tahun 2013, Dodi sempat menjadi
community organizer di Kalimantan Tengah bergabung dengan sebuah organisasi non-pemerintah (Ornop) di Kalimantan Tengah hingga awal 2014. Selepas itu, kembali ke Ponorogo dengan usaha berjualan di
rumahnya sambil melakukan kerja-kerja pengorganisasian masyarakat tani di Sawo,
Ponorogo. Nampaknya, lelaki paruh baya ini tidak bisa melepaskan hidupnya
dari kerja-kerja pendidikan kritis bagi rakyat.
Awal-awal sejak kembali ke Ponorogo, Dodi sempat mendampingi masyarakat di dua desa di Kecamatan Pudak. Konflik tanah dengan Perhutani merupakan masalah utama. Saat ini, eskalasi konflik telah menemukan titik terang. Bahkan, pemerintah daerah mulai memberikan perhatian atas desa-desa ini dalam bentuk penyediaan air bersih (pipanisasi).
Awal-awal sejak kembali ke Ponorogo, Dodi sempat mendampingi masyarakat di dua desa di Kecamatan Pudak. Konflik tanah dengan Perhutani merupakan masalah utama. Saat ini, eskalasi konflik telah menemukan titik terang. Bahkan, pemerintah daerah mulai memberikan perhatian atas desa-desa ini dalam bentuk penyediaan air bersih (pipanisasi).
Impiannya tak muluk. Dodi ingin menurunkan jumlah Tenaga Kerja Wanita
(TKW) yang berangkat ke luar negeri dari Kecamatan Sawo yang merupakan
penyumbang jumlah TKW terbesar di Ponorogo. Tiga desa utama sasaran
pengorganisasian adalah Desa Pangkal, Desa Sawo, dan Desa Temon, semuanya di
Kecamatan Sawo. Melalui pengorganisasian kelompok tani, Dodi berharap, aspek produksi
dan pemasaran produknya akan memberikan ruang usaha yang lebih luas bagi masyarakat.
Pertanian jagung merupakan potensi yang dinilai Dodi akan dapat
menjadi pintu masuk atas impiannya. Upaya mencari alternatif pemasaran produksi
jagung dengan cara menjual langsung ke pabrik sempat dilakukan. Perusahaan
Charoen Phokphan di Mojokerto sempat didatangi. Namun atas kondisi produk dan
kelompok tani, perusahaan ini belum bisa melakukan kerjasama langsung dengan
kelompok.
Oleh karenanya, Dodi menganalisis dan berkesimpulan bahwa dua aspek
yang harus dibenahi untuk memutus jerat tengkulak jagung yang selama ini
terjadi sehingga petani bisa lebih diuntungkan dengan cara menjual langsung ke
perusahaan. Aspek tersebut adalah meningkatkan pengorganisasian kelompok tani
dan melakukan inisiasi koperasi yang nantinya diharapkan dapat menampung hasil panen
petani. Strateginya cukup sederhana, yakni meningkatkan frekuensi pendampingan
kelompok dan mendekatkan pemerintah untuk pembentukan dan pembinaan koperasi.
No comments:
Post a Comment